Langsung ke konten utama

Unggulan

Latihan Nulis

Malam ini aku duduk di bangku 5E kereta Kutojaya Selatan menuju Kutoarjo. Dalam rangka pulang menuju Jogja ini tetiba muncul notif di Hpku kalau ternyata esaiku mendapatkan juara 2. Benar saja setelah kupantau instagram ternyata betul 😊 Alhamdulillah. Tapi sejatinya, dalam proses pengerjaan esaiku ini pun tidak seluruhnya adalah murni dariku. Let me explain, jadi esaiku berjudul Inovasi Penanganan Sampah di Kota Bandung Pasca Tutupnya TPA Sarimukti. Ide dari esai tersebut adalah bagaimana sih cara menangani sampah yang sudah menggunung di kota bandung. Ide ini terbesit ketika tahun lalu sekitar November – Desember 2022 aku menjadi pengajar tambahan di prodi Teknik Lingkungan Itenas. Disana aku ngajar cara mendesain bentuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) yang ideal seperti apa. Walaupun secara teoritis aku bahkan tidak tau gimana kriterianya maupun syarat-syarat pembuatan TPA, tapi tetap kupaksakan untuk bisa menjadi pengajar disana. Dan alhamdulillah setelah beberapa kali bertuk

Dirimu Yang Sekarang


Kakek kura-kura atau disebut Master Oogway di film Kungfu Panda pernah bilang ke Master Shifu, “Kamu bisa berharap menanam biji buah persik lalu merawatnya, menyiraminya sembari berharap itu akan menjadi buah pisang ataupun apel. Tapi tetap saja, buahnya adalah buah persik.

It doesn’t matter. Entah keadaan tanah, banyak sedikitnya air, panas dinginnya cuaca. Kalau itu biji buah persik, bakal berbuah buah persik juga. Begitu pula yang terjadi pada biji pisang ataupun biji apel. Karena its destined to be them.

“Mas Wijo, kamu tu berubah…”

Seseorang lahir di dunia ini memiliki sifat bawaan. Sifat atau watak atau karakter, atau apalah sebutannya. Kita lahir itu ‘bongkokan’ ya isinya kayak gini. (Bongkokan tu istilah orang Jawa, artinya kurang lebih ya ‘seonggok’). Isinya tu ya tadi sifat bawaan lahir. Juga termasuk di dalamnya adalah potensi.

Potensi ini lah yang bikin kita berkembang, bisa ngelukis dari SD berarti punya potensi jadi pelukis ke depannya. Atau jago Bahasa luar (bilingual), potensi linguistic minded-nya harus dikembangin. Hal- hal seperti ini lah yang harusnya dipahami dan semua orang mengerti. Nggak bisa semuanya dipukul rata harus jago matematika, atau harus bisa main sepak bola, atau sekedar bisa makan mie ayam pakai sumpit. Enggak perlu. Potensi seseorang itu sudah ada, tinggal dikembangkan. Tau Lintang ? Yup, bocah yang ada di tulisan Laskar Pelangi itu. Dia lahir di keluarga miskin. Sekolah di sekolah miskin. Tapi namanya potensi diri mah gakbisa dihilangin, seketika baca buku dia larut. Baca buku lagi, selesai. Baca buku lagi, selesai. Itu.


Potensinya tak tertutup meski segala keterbatasan menghadang. Jenius mah jenius aja. Seperti pohon pisang di tanah tandus musim kemarau. Dapat sedikit air pasti dihargai mati-matian, dimanfaatkan agar menjadi buah. Buah apa namanya ? Jelas buah pisang. Bukan buah yang lain. Itulah, keadaan memang kadang sempit, terbatas, seadanya. Tapi selalu ada yang namanya ruang untuk berkembang.

Mulailah mengakui bahwa tak semua orang bisa melakukan yang kita bisa itu juga berarti tak semuanya bisa kita lakukan. Buah persik ya buah persik aja.

“Mas Wijo, kamu tu berubah… Kamu udah nggak kayak dulu lagi.”

NGGAK KAYAK DULU lagi ?

Ini namanya bukan berubah coy, ini tumbuh.

Seperti disebut di bukunya Rene Suhardono. Semua orang punya potensi nya masing-masing, tapi tidak semua bisa mencapai versi terbaik dari dirinya sendiri (atau sering disebut ULTIMATE ME).


Aku tu nggak perlu kamu jadi presiden, hakim, dokter gizi, pilot, atau professor.

Aku cuma berharap kamu jadi lebih baik dari dirimu yang sekarang.


Tulisan ini aku buat juga sebagai kado ulangtahun untuk diriku sendiri (6), untuk Rizki Sapta (7), dan Widyastuti (8). Happy birthday !!




Komentar

Postingan Populer