#TentangAyah
Alhamdulillah,
aku lahir di keluarga berada. Konon simbahku adalah orang kaya, kaya secara
materi. Beliau adalah pedagang cabai paling besar di Prambanan. Kalau anda
orang Prambanan atau sekitarnya, coba tanya orang yang lebih tua di sekitar
kalian. Tanya aja, pernah dengar nama “Sosro Lombok” belum.
Kemungkinan besar pasti tau… Tapi ya kalau nggak tau nggakpapa sih, orang udah
masa lalu juga. Hahaha
Namun
hal tersebut tidak serta merta membuat hidupku enak, nyaman, dan santai.
Apalagi hari-hari setelah ayahku meninggal dunia.
Hari
itu hari Jum’at. Tahun 2007. Bulannya aku lupa bulan apa, soalnya dulu aku
masih kelas 4 SD, memoriku mungkin belum mampu merekam banyak data waktu itu.
Yup, hari Jum’at… Ayahku yang baru saja pulang dari Jakarta, mau keluar naik
motor. Beliau memang hobi berkendara naik motor besar entah kemanapun atau
sekedar muter-muter… Sudah sore, beliau yang masih capek karena perjalanan dari
Jakarta menyuruh masku untuk ngeluarin motornya….
Jam
5, tetangga kami Pak Marlam. Ditelfon dari pihak Rumah Sakit Panti Rapih,
diberitahu bahwa ayah mengalami kecelakaan dan dibawa kesana. Ibu dan
keluargaku langsung menuju RS tersebut. Aku tidak diajak, karena memang aku
masih kecil. Kecelakaan terjadi di Jembatan Janti, beliau jatuh disana. Ada
saksi yang mengatakan kalau beliau disenggol anak SMK lalu terjatuh, namun
keluarga kami fokus untuk penyembuhan ayah. Beliau di-diagnosa gagar otak. Satu-satunya
cara penyembuhan adalah dengan operasi, menurut dokter hasilnya pun 50-50.
Misal berhasil, ayah akan kehilangan kemampuan motorik dan tidak bisa
beraktivitas normal. Namun operasi itu memang hanya satu-satunya jalan.
Dari
seluruh anggota keluarga, hanya aku yang belum menengok ke RS. Hari Kamis-nya
aku pun akhirnya menengok beliau… aku masih ingat dengan ibu mengendarai bus
kecil untuk sampai kesana, sebelum masuk RS kami sempat makan dulu di warung.
Kami meniti anak tangga untuk mencapai lantai 4 menuju ruang ayahku dirawat.
Anggota keluarga yang menjaga diluar pun menyuruhku masuk ke ruangan. Aku dan
tanteku (Mbak Aris) masuk berdua karena tidak boleh kalau hanya aku sendirian,
kami memakai pakaian steril sebelum masuk ke ruang itu. Setelah di dalam,
kutemui ayahku dalam posisi tidur… Tidak sadarkan diri sejak hari pertamanya di
RS. Badannya yang besar, lemas di atas kasur warna biru muda…
Memang
hari itu aku dipaksa untuk datang ke RS, karena malam harinya ayah akan
di-operasi. Singkat kata, operasi berhasil dilakukan. Namun ayah takbisa
bertahan. Sekitar pukul 2 pagi, beliau menghembuskan nafas terakhirnya… Ketika
mayat beliau dibawa kerumah, kami anak-anaknya tertunduk lesu. Kami tidak
menangis, tidak bisa menangis lebih tepatnya. Entah hanya sesak di dada waktu
itu yang ada.
Ayah,
semoga kau tenang disana.
#TentangKepemimpinan
Mungkin
bab ini susah dipahami bagi mereka yang belum merasakan kehilangan figur orang
tua. Tapi biarkan pengalaman dan pengamatanku bercerita…
Kami,
entah yatim, entah piatu, entah yatim piatu. Kehilangan figur orang tua, dan
itu adalah sebuah kehilangan yang besar. Kita jadi kehilangan salah satu role model, kehilangan seseorang untuk kita
lihat akan jadi apa kita nanti. Kehilangan seseorang untuk bersandar. Terlalu
susah dibayangin ya ? Gini deh, kalau kalian nggakbisa ngerjain tugas
Matematika… Gakada orang terdekat yang bisa ditanya. Ketika butuh uang tambahan
buat praktikum, orang itu nggak ada. Ketika bangun di awal hari, tidak ada yang
berusaha bangunin kalian.
Karena
dorongan (paksa) itulah kami secara psikis menjadi berpikiran seperti ini “oh,
ternyata aku bisa lebih dari ini..” dan kami pun butuh pengakuan lebih dari
orang lain, karena apa ? Karena kami merasa kurang atas pengakuan keluarga
dekat kami. Dorongan psikis ini memaksa kami menjadi lebih aktif di lingkungan.
Ini bukan teori belaka….
Kalian
pikir apa yang membuat aku turun di banyak organisasi ? Apa karena aku sosialis
? Because I’m not.
Teman
yang sudah dekat denganku pasti tau watakku… keras, egois, apa-apa harus
diturutin, susah dibujuk, sarkasme (yang satu ini sudah BANYAK SEKALI korbannya).
Tapi karena lambat laun ikut organisasi ya jadi lebih smooth, terbuka, demokrat,
dll. Apa cuma aku ? Tidak.
Adik
kelasku STM, ada yang ‘broken home’.
Namun dia malah menjadi ketua 1 OSIS. Karena apa, dia merasa mampu melakukan
hal lebih.
Tetanggaku,
Catur. Dia menggantikanku menjadi ketua pemuda, kenapa ? karena aku kerja
diluar kota ? Aku rasa tidak, karena aku sudah kerja diluar kota 1 tahun lebih.
Kenapa baru akhir-akhir ini dia menggantikan aku ? Kenapa tidak menjadi ketua
sebelum aku, padahal lebih tua dia ? Ini memang masih teori. Ibunya meninggal
beberapa bulan lalu, lalu bulan selanjutnya dia menjadi aktif dan bahkan
menjadi ketua di pemuda. Jadi memang psikis kami merasa “kami bisa berbuat
lebih”. Di sisi lain kami juga butuh pengakuan.
Hal
seperti ini berlaku pula kepada orang yang yatim piatu ‘semu’. Kenapa semu ?
karena orangtuanya tidak meninggal. Cuma entah dimana keberadaannya, biasanya
sih ayahnya yang minggat cari istri lain. Biasanya lho ya… Cuma contoh, fiktif
belaka.
Coba
lihat sekeliling kalian, kalau mereka yang kehilangan figur orangtua pasti akan
berubah. Entah menjadi humanis, atau malah jatuh depresi.
Kami
jadi merasa lebih humanis terhadap orang lain karena kehilangan figur seseorang
yang penting, kami jadi merasa setiap orang butuh seseorang to look up to. Seseorang yang bisa untuk
jadi panduan. Dan kami tidak akan membiarkan kalian kehilangan seseorang itu,
makanya kami mencoba “ada” dan menjadi orang itu untuk kalian.
#TentangTeman
Kami
membutuhkan teman. Tidak perlu banyak tidak apa-apa. Yang penting bisa tulus.
Teman yang bisa membaca hati temannya bahkan tanpa mengucap satu kata pun.
Bukan
teman yang hanya berbicara :
“Lagi
apa bro ? Posisi dimana ? Sehat kan ?”
“Nanti
malem malmingan di café yuk..”
“Buruan
ke sekolah, pada ngumpul nih..”
More than that…
Kami butuh seseorang untuk ngomongin soal hidup, soal kenapa bintang kok
jumlahnya banyak, kenapa kok rumput warnanya hijau, siapa sih supir bus trans
jogja kemarin, berapa banyak sih jumlah kutu rambut ibuk-ibuk tetangga sebelah,
kenapa kok kaos kaki perlu dipakai, bagaimana cara membuat omelet tanpa garam…
Lebih detil, lebih hidup, yang bisa bicara tanpa batas. Bro, kenapa sih kerja
di tempat gaji dikit gitu ? Impian lu jadi pilot gimana dong ? Eh, cewek yang
sama Angel kemarin cakep juga ya ? ukuran bra-nya berapa ya ? kanan kiri beda
nggak ya ukurannya, kayaknya sih gedean yang kiri.. Cuk, ngombe ciu ki marai mabuk ra to ? Njajal yo, tak tukokke… Jokower
kok mundhak kuru yo ? gek angel e opo
neh dadi presiden ?
Sesuatu
seperti itu. tidak perlu jawaban sebenarnya. Kami hanya ingin merasa hidup.
#TentangIbu
dan #TentangKita
Kemarin
sore (24/09) sekitar jam 5 sore aku telfon kerumah. Cuma mau mengabari ibuk,
kalau besok aku berangkat ke Garut buat proyek. Tapi setelahnya ibu cerita
begini,
“Nang, tak andani yo le.. tapi ojo kuatir…
aku sesok neng dokter karo mas Eko”
“Ngopo mak ? wingi kan wis bar rontgen to ?”
“iyo iki, jare dokter ono tumor ringan tumbuh…
sakdurunge parah ben diterapi sek, di-kemo terapi.”
“ya uwis, manut dokter wae.. ben cepet mari
yen perlu opo utawa butuh opo omong wae..”
“Ora le, kowe sik penting ojo kuatir.. Sesuk
mari kok”
“Yo”
…..
Kira-kira
aku bakal tenang aja gitu ?
Jelas
tidak, malamnya aku telfon Dhena. Dia lebih tau tentang hal itu lebih baik daripada
aku, dia juga tetanggaku.. Jadi lebih enak dia yang jelasin ke aku tentang
keadaan ibuk. Karena kadang entah karena ibuk gatau atau memang nggak mau
cerita jadi aku tau kabar kesehatannya dari Dhena. Very lucky for having friend like her. Alhamdulillah. Semoga ibukku lekas sehat Yaa Allah.
…..
Yakinlah.
Kita semua akan melewati fase-fase seperti ini dalam hidup. Ditinggal seseorang.
Seseorang yang bagi kita penting jatuh sakit. Atau hal-hal menyedihkan lainnya.
Yang
bisa kita lakukan untuk mereka dan kita sendiri adalah be alive for today. Jadilah manusia !
Carpe
diem.
Dan bila kalian masih memiliki mereka,
bersyukurlah…
|
Carpe diem. |
|
Bersyukurlah |
Komentar
Posting Komentar