Aku punya guru Bahasa Inggris ketika SMK
kelas 3, beliau adalah Kinanti Prasetyandari (?). Kami memanggil beliau Bu
Ndari.
Aku selalu antusias ketika pelajaran
beliau, tapi antusias belum tentu fasih juga Bahasa Inggris sih. Ya semangat
aja belajarnya.
Well, anyway. Bu Ndari pernah becerita
mengenai kehidupan pribadinya. Mungkin beliau lupa, tapi aku ingat betul cerita
beliau.. Beliau pernah didekati seorang pria ketika masih muda dan belum
menikah, pria tersebut menyukai Bu Ndari dan begitu pula sebaliknya. Tapi pria
tersebut ternyata pergi, dia menjadi angkatan bersenjata. Dan meninggalkan Bu
Ndari.
Ceritanya sedih banget ya ? hahaha
Selang beberapa tahun, Bu Ndari menikah
dengan suaminya yang sekarang ini.
Lalu tak lama si pria yang meninggalkannya
dahulu datang kembali… Kembali menemui Bu Ndari, dengan sedih dia bilang bahwa
sebenarnya dia mau menikahi Bu Ndari dari dahulu. Tapi dia tak berani karena
waktu itu dia belum mapan. Dia sedih, tapi ya memang sudah terjadi tak bisa
diubah lagi.
Seketika itu
lalu Bu Ndari bilang pada kami, “Andai, dia dulu mengatakannya.. saya pasti
akan menunggunya..” beliau pun menutup ceritanya.
Aku tak setuju dengan beliau, sorry to say
Ma’am. Saya tahu beliau orang yang sangat inspiratif dan selalu bersemangat
untuk mengajar (meskipun muridnya bandel).
Saya percaya orang hebat lahir dari
tempaan yang hebat pula.
Mungkin itu adalah tempaan beliau.
Saya yakin juga itu adalah bagian dari
masa lalu beliau, yang berarti itu pula keputusan beliau.
Tidak bijak rasanya menyesali hal yang
sudah kita putuskan di masa lalu. Bu Ndari sudah memberi saya pelajaran
berharga saat itu. Saya membayangkan bila beliau jadi menikahi pria yang
meninggalkan beliau dulu, kemungkinan besar jalan hidupnya di masa kini sudah
berbeda. Mungkin rumah beliau tidak di rumah yang sekarang, mungkin beliau
tidak mengampu menjadi guru, mungkin beliau tidak akan mengajari kami berbahasa
Inggris. Dan yang sudah pasti, beliau tak akan menceritakan cerita tadi kepada
kami.
Kalau beliau tidak bercerita kepada kami.
Berarti tulisan ini tidak akan pernah saya buat.
Belum tentu keputusan beliau menikahi pria
itu lebih baik dari pilihan yang sudah beliau ambil sekarang, tapi juga belum
tentu lebih buruk. Tapi satu yang pasti, keputusan Ibu memilih itu telah
mempertemukan kita. Saya bertemu Bu Ndari, saya diajar oleh anda. Dan saya
menulis ini untuk anda. Because I’m loving u so much.
Dan tentu, dengan mengajar kami. Ibu
berarti mempercayai potensi kami untuk jadi something better for the nation. I
will.. No. We will prove it!
Mungkin ibu nggak nyangka ternyata ada
muridnya yang menulis tentang cerita Ibu, or at least peduli tentang cerita
itu.
Well, I am.
Last words, terimakasih Ibu sudah
mengajari saya, kami, dan kita untuk menghargai sebuah keputusan.
Komentar
Posting Komentar