Langsung ke konten utama

Unggulan

Latihan Nulis

Malam ini aku duduk di bangku 5E kereta Kutojaya Selatan menuju Kutoarjo. Dalam rangka pulang menuju Jogja ini tetiba muncul notif di Hpku kalau ternyata esaiku mendapatkan juara 2. Benar saja setelah kupantau instagram ternyata betul 😊 Alhamdulillah. Tapi sejatinya, dalam proses pengerjaan esaiku ini pun tidak seluruhnya adalah murni dariku. Let me explain, jadi esaiku berjudul Inovasi Penanganan Sampah di Kota Bandung Pasca Tutupnya TPA Sarimukti. Ide dari esai tersebut adalah bagaimana sih cara menangani sampah yang sudah menggunung di kota bandung. Ide ini terbesit ketika tahun lalu sekitar November – Desember 2022 aku menjadi pengajar tambahan di prodi Teknik Lingkungan Itenas. Disana aku ngajar cara mendesain bentuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) yang ideal seperti apa. Walaupun secara teoritis aku bahkan tidak tau gimana kriterianya maupun syarat-syarat pembuatan TPA, tapi tetap kupaksakan untuk bisa menjadi pengajar disana. Dan alhamdulillah setelah beberapa kali bertuk

Antara Hobi, Uji Kemampuan dan Teman #TrilogiKepemimpinan


Pemimpin…

“Masalah yang ada saat ini adalah ; nggak mau jadi pemimpin, malu jadi pengikut..”– Buku Nasional.Is.Me

Menurutku hal tersebut bukan masalah saat ini aja, masa lalu dan masa depan pun sepertinya akan seperti itu. Penduduk Indonesia per Akhir Tahun 2015 itu 250 juta lebih, Pemudanya ? Taruhlah 100 juta. Bayangkan, harusnya tidak semua orang menjadi pengikut kan ? Pasti jutaan lebih pemuda mempunyai mental maupun keinginan memimpin. Pemimpin hebat ? Pasti lebih dari 10,000 orang.

Jumlah yang sangat banyak untuk hitungan yang kasar.. Tapi misal per kabupaten di Indonesia memiliki minimal 2 pemimpin hebat dan ribuan mental pemimpin, negeri maju esok hari. Namun memang pastinya hal itu tidak merata, pendidikan tinggi bisa dibuat sebagai acuan untuk menjadi pemimpin. Pendidikan militer juga bisa pula menjadi acuan. Tapi kenapa sih Indonesia itu belum bisa diklasifikasikan negara maju? Apa yang salah dengan system kita (terutama kepemimpinan) ?

1.      Integritas
Ketika bicara mengenai kepemimpinan, nilai-nilainya itu terukur. Disiplin, tegas, tanggung jawab, dsb. Namun kalau pemimpin ? banyak faktor ; semangat, kemampuan, kondisi diri. Yang paling riskan memang kondisi diri/mood, karena hal ini bisa berubah-ubah. Pemimpin juga bisa galau… Bisa saja semalam habis ditolak pasangan, bisa saja baru banyak hutang, bisa saja banyak tugas sekolah. Mood ini lah yang bisa menjadi lubang dari pemimpin tersebut, idealisme itu akan rapuh ketika terbentur oleh kebutuhan. Entah kebutuhan pribadi, keluarga, atau bahkan partai. Karena itulah nilai Integritas itu sangat mahal, karena untuk mendapatkan nilai tersebut kita harus menyingkronkan hidup kita dengan kemampuan kepemimpinan.

2.      Harmonisasi
Kita semua itu sudah paham apa-apa saja sektor yang harus dibenahi, kita paham apa-apa saja yang harus dikerjakan, kita semua mengerti hal tersebut. Kenapa belum membuahkan hasil maksimal ? Harmoni. Harmoni itu bukanlah keseimbangan. Harmoni itu pemenuhan kebutuhan satu dengan yang lainnya. Jadi sebaik apapun yang kita kerjakan, kalau tidak singkron dengan orang lain hanya seperti kerja sendiri. And u know ? It’s so hard. Believe me… kita harus bekerja sama satu sama lain, grup antar grup, daerah antar daerah. Singkronkan pekerjaan kita. Kalau kita tidak tau caranya ? Diskusi. Selalu ada ruang untuk berkembang, dan itu akan ketahuan bila kita mau terbuka satu sama lain. Kita akan mendapatkan sebuah solusi.

3.      Konsistensi
SEMUA orang bisa menjadi yang terbaik! Namun apakah bisa SELALU menjadi yang terbaik ?.
Inilah yang paling berat. Konsisten.


Sebel kan ya kalo punya temen yang disuruh aktif nggak mau, tapi kalo ngasih saran ke yang aktif malah saran yang destruktif. Itu sih mending, kadang ada yang pasiiiiiiiiiiifffffff aja…. Kalo soal beginian baca blog-nya Amel nih, dia pengalaman ginian. Nyebai kan ya… Sebenernya mereka itu maunya gimana itu tanda tanya. Cuman kayak riuh aja, nggak ada penyelesaian. Paling benci aku kalo kayak gitu, yaudah ambil aja kesempatan jadi ketua…. Hahaha gini banget ya aku

Karena kalau semuanya satu ruangan berharap ada seseorang yang maju untuk jadi ketua. Siapa yang bakal beneran maju buat jadi ketua ?

Aku jarang berharap ada seseorang yang berbuat. Kalau aku bisa, aku lakukan. Kalau ada orang yang berkenan selain aku ? Aku bantu :) dengan seluruh hatiku aku dukung. Karena orang itu tergolong orang yang langka.

Selain hal tersebut. Di setiap ada kesempatan biasanya diriku selalu bilang “Segitu aja kemampuanmu ? Nggak coba yang baru ?...”, hal itu pula yang membentukku sampai sekarang. Entah harus  marah karena hal tersebut mengganggu hariku atau malah terima kasih telah membuatku mendekati prosesku menjadi “ultimate me
.
Lagipula hal tersebut sudah seperti keseharianku. Coba aku hitung berapa kali aku ber-organisasi… Keagamaan OSIS SMP, Ketua OSIS SMP, Ketua OSIS SMK, PJ MOS SMP & SMK, Ketua Kemah Bhakti Pramuka, Sekretaris Pemuda, Ketua Pemuda, PHBI Masjid. Highlight-nya mungkin baru itu…

“Menjadi pahlawan adalah hobiku” – Saitama, One Punch Man.

Ya mungkin udah hobi sih, memimpin…

Komentar

Postingan Populer