Pemimpin…
“Masalah yang ada saat ini adalah
; nggak mau jadi pemimpin, malu jadi pengikut..”– Buku Nasional.Is.Me
Menurutku hal tersebut bukan
masalah saat ini aja, masa lalu dan masa depan pun sepertinya akan seperti itu.
Penduduk Indonesia per Akhir Tahun 2015 itu 250 juta lebih, Pemudanya ?
Taruhlah 100 juta. Bayangkan, harusnya tidak semua orang menjadi pengikut kan ?
Pasti jutaan lebih pemuda mempunyai mental maupun keinginan memimpin. Pemimpin
hebat ? Pasti lebih dari 10,000 orang.
Jumlah yang sangat banyak untuk
hitungan yang kasar.. Tapi misal per kabupaten di Indonesia memiliki minimal 2
pemimpin hebat dan ribuan mental pemimpin, negeri maju esok hari. Namun memang
pastinya hal itu tidak merata, pendidikan tinggi bisa dibuat sebagai acuan
untuk menjadi pemimpin. Pendidikan militer juga bisa pula menjadi acuan. Tapi
kenapa sih Indonesia itu belum bisa diklasifikasikan negara maju? Apa yang
salah dengan system kita (terutama kepemimpinan) ?
1.
Integritas
Ketika bicara
mengenai kepemimpinan, nilai-nilainya itu terukur. Disiplin, tegas, tanggung
jawab, dsb. Namun kalau pemimpin ? banyak faktor ; semangat, kemampuan, kondisi
diri. Yang paling riskan memang kondisi diri/mood, karena hal ini bisa berubah-ubah.
Pemimpin juga bisa galau… Bisa saja semalam habis ditolak pasangan, bisa saja
baru banyak hutang, bisa saja banyak tugas sekolah. Mood ini lah yang bisa
menjadi lubang dari pemimpin tersebut, idealisme itu akan rapuh ketika
terbentur oleh kebutuhan. Entah kebutuhan pribadi, keluarga, atau bahkan
partai. Karena itulah nilai Integritas itu sangat mahal, karena untuk
mendapatkan nilai tersebut kita harus menyingkronkan hidup kita dengan
kemampuan kepemimpinan.
2.
Harmonisasi
Kita semua itu
sudah paham apa-apa saja sektor yang harus dibenahi, kita paham apa-apa saja
yang harus dikerjakan, kita semua mengerti hal tersebut. Kenapa belum
membuahkan hasil maksimal ? Harmoni. Harmoni itu bukanlah keseimbangan. Harmoni
itu pemenuhan kebutuhan satu dengan yang lainnya. Jadi sebaik apapun yang kita
kerjakan, kalau tidak singkron dengan orang lain hanya seperti kerja sendiri.
And u know ? It’s so hard. Believe me…
kita harus bekerja sama satu sama lain, grup antar grup, daerah antar daerah.
Singkronkan pekerjaan kita. Kalau kita tidak tau caranya ? Diskusi. Selalu ada
ruang untuk berkembang, dan itu akan ketahuan bila kita mau terbuka satu sama
lain. Kita akan mendapatkan sebuah solusi.
3.
Konsistensi
SEMUA orang
bisa menjadi yang terbaik! Namun apakah bisa SELALU menjadi yang terbaik ?.
Inilah yang
paling berat. Konsisten.
Sebel kan ya kalo punya temen
yang disuruh aktif nggak mau, tapi kalo ngasih saran ke yang aktif malah saran
yang destruktif. Itu sih mending, kadang ada yang pasiiiiiiiiiiifffffff aja….
Kalo soal beginian baca blog-nya Amel nih, dia pengalaman ginian. Nyebai kan
ya… Sebenernya mereka itu maunya gimana itu tanda tanya. Cuman kayak riuh aja,
nggak ada penyelesaian. Paling benci aku kalo kayak gitu, yaudah ambil aja
kesempatan jadi ketua…. Hahaha gini banget ya aku
Karena kalau semuanya satu
ruangan berharap ada seseorang yang maju untuk jadi ketua. Siapa yang bakal
beneran maju buat jadi ketua ?
Aku jarang berharap ada seseorang
yang berbuat. Kalau aku bisa, aku lakukan. Kalau ada orang yang berkenan selain
aku ? Aku bantu :)
dengan seluruh hatiku aku dukung. Karena orang itu tergolong orang yang langka.
Selain hal tersebut. Di setiap
ada kesempatan biasanya diriku selalu bilang “Segitu aja kemampuanmu ? Nggak
coba yang baru ?...”, hal itu pula yang membentukku sampai sekarang. Entah
harus marah karena hal tersebut
mengganggu hariku atau malah terima kasih telah membuatku mendekati prosesku
menjadi “ultimate me”
.
Lagipula hal tersebut sudah
seperti keseharianku. Coba aku hitung berapa kali aku ber-organisasi… Keagamaan
OSIS SMP, Ketua OSIS SMP, Ketua OSIS SMK, PJ MOS SMP & SMK, Ketua Kemah
Bhakti Pramuka, Sekretaris Pemuda, Ketua Pemuda, PHBI Masjid. Highlight-nya
mungkin baru itu…
“Menjadi pahlawan adalah hobiku”
– Saitama, One Punch Man.
Ya mungkin udah hobi sih,
memimpin…
Komentar
Posting Komentar