“Jadi Nang, hidup itu sejatinya
cuma ngasuh..” ucap beliau sembari melanjutkan melahap sarapan
“... mumpung sekarang baru family
gathering, orang-orangnya kamu kenal, masih sefrekuensi, pemikiran masih
mirip.. Ini waktu yang tepat buat latihan ngasuh. Kamu adalah panitia, sebaik
mungkin membuat senang semua orang.” tambah orang nomor satu di perusahaan itu.
Hampir kubuka mulutku untuk
menjawab setelah beliau bilang begitu.. tapi kuurungkan niatku. Karena aku
nggaktau apalagi wejangan apa yang akan beliau berikan. Meluap flashback akan
kata-kata terakhir beliau.... Aku nggakbisa membuat senang semua orang. Aku sudah
lama menyadari hal itu. Sudah menyerah melakukan hal itu. Karena faktanya
memang tidak bisa. Semua orang memiliki masalah masing-masing dalam hidupnya..
Dan beberapa diantaranya bahkan mereka sendiri tidak caranya untuk
membahagiakan diri mereka. Ada yang mencoba membuang-buang uangnya untuk meraih
‘kebahagiaan’, ada yang keluar dari zona nyaman untuk mencari hal yang mereka sendiri
tak tau apa itu. Ada pula yang memilih untuk merayakan kesedihannya untuk
melakukan hal yang menyimpang....
Iya. Aku meyakini bahwa, sampai
kapanpun, Tidak akan bisa membuat semua orang senang. Tidak akan pernah. Jadi,
kenapa??
Kenapa orang nomor satu di
perusahaan menyuruhku untuk mencobanya???
Kenapa orang yang menyuruhku
untuk kuliah (lagi) bilang begitu?
Kenapa orang yang kuyakini punya
kebijaksanaan tertinggi dari seluruh orang yang kukenal selama hidup memberiku
wejangan itu?
Aku yakin ada jawabnya. Tidak
mungkin beliau sembarangan berbicara. Alhasil, sembari menelaah dan
memprosesnya.. dalam isi kepalaku, kembali ku terdiam. Namun, beliau
melanjutkan “...kamu harus bisa menjaga keutuhan keluarga ini, menjaga
keharmonisan kita, menjaga kita kedepannya. Mau tidak mau, sebagai seorang
lelaki... Kamu harus menjadi pemimpin. Dan saya yakin, kamu bakal menjadi salah
satu pemimpin yang hebat untuk perusahaan ini. Maka dari itu kamu harus siap
menjadi tempat ‘pegangan’ bagi orang lain. Menjadi tempat bertumpu bagi orang
lain. Be what you are meant to be”
DUUAAAARRRRRR..... KEPALAKU
MELEDAAAAKKKK... HATIKU MEMBUNCAH...
Sungguh. Dalam hidup, aku
(alhamdulillah) banyak menerima pujian dari orang lain. Dari keluarga, teman,
dan bahkan orang yang baru kenal. Tapi level kebahagiaannya sangat berbeda
kalau hal itu diutarakan oleh orang yang sangat berarti dalam hidupku. Dan
beliau meyakini hal itu. Sungguh berbahagianya hati ini :)
Aku jadi teringat momen-momen
yang terjadi akhir-akhir ini, ternyata kebanyakan mengeluh. Bahkan ke orang
yang aku sendiri nggak yakin paham atau tidak akan gundahku. Aku mengeluhkan
ini itu, aku mengeluhkan situasi-situasi yang bahkan diluar kendaliku. Aku
bahkan tidak bisa mengontrol diriku. Terjebak dalam chaos dunia fana yang penuh
drama ini. Hidup dalam bayang-bayang ekspektasi orang lain. Menjalani hidup
diluar hidup yang sebenarnya tak tau ini benar atau tidak. Ternyata,
aku kehilangan diriku.
“Iya, siap mas..” jawabku sembari
meneguk kopi hitamku yang mulai dingin
Lalu kuputuskan untuk beranjak
dari kursiku, merapikan cangkir kopiku, meninggalkan beliau yang masih sarapan
dengan putrinya. Ternyata, aku memilih mengesampingkan egoku dan memulai
kembali untuk mengasuh.
Komentar
Posting Komentar