Sore itu… Rintik air hujan
membasahi kami yang baru turun gunung. Kami ber-7 (Aku, Rizki, Aziz, Ihwan, Mb
Novi, Mb Dea, Mb Al) berjalan berurutan
menuruni Gunung Merbabu via Wekas. Jalan sempit nan licin ditambah rintik hujan
membuat kami harus berjalan ekstra hati-hati, apalagi hari sudah mulai gelap.
Entah gelap karena mendekati malam atau gelap karena rimbunnya pepohonan…
Kami
terus bercerita sepanjang jalan untuk mengurangi rasa lelah yang menerpa fisik
kami selama hampir 24 jam ini bermain di gunung.
Aku
mungkin turun dengan worst condition,
engkel kiriku kumat. Sudah lama sejak
futsal yang buat engkelku ini sakit berlalu, tapi masih belum sembuh sempurna.
Aku yang sudah lambat dalam berjalan meniti jalan turun di urutan belakang…
 |
Aziz, Rizki, Ihwan, Aku, mb Dea, mb Novi, mb Al |
Sore itu aku ingat pernah mengigau sambil berjalan sempoyongan dengan
teman-temanku, “kenapa ya hujannya datengnya satu-satu ? Kecil-kecil pula…
Kenapa nggak langsung aja satu tetes besar-besar gitu ? kayak balon raksasa isi
air…”.
Rizki menjawab “Mbuh cuk, koyo
ngono dipikirno ndadakan.. Marai melu kepikiran wae”.
Mbak Novi nyaut “Iya
ya.. Kenapa ya, gak kepikiran…”
….. Kami semua turun sampai basecamp dengan selamat. Alhamdulillah.
Di benakku masih terpikir
akan hal yang tadi aku katakan.
Setahun berlalu…. Aku sudah
selesai magang di sebuah perusahaan besar di Kalimantan Selatan, aku sudah
selesai UKK. Tinggal wisuda saja yang belum. Hari menunggu wisuda aku bekerja
di sebuah workshop dan toko elektronik + mesin. Hari-hari awal kerja aku harus nginep di rumah bos-ku waktu itu, disana
lebih bantu menata dan memperbaiki barang yang akan dijual di workshop. Setiap
sore aku ikut membantu mas-mas yang tugasnya mandiin burung hias. Ada Pleci
(Punglor), ada Murai Batu, dan 2 Anis Merah. Semuanya bagus suaranya….
Balik lagi ke mandiin burung. Aku
bantu nyiram burung itu pakai selang biasa. Terus ditegur mas yang tadi “Jangan
disiram terus mas, nanti sakit burungya… Sedikit-sedikit aja”.
------------
Terbersit ingatan sewaktu turun
gunung itu. Ingatan tentang air hujan, bukan kakiku yang engkel ya. Hehehe…
Mungkin gitu ya jawabannya….
Tuhan, menyiapkan kita rezeki
yang sangat amat besar. Entah itu uang, harta, proses mendapat jodoh, ilmu,
atau bahkan air hujan kepada kita. Kenapa Tuhan gak langsung kasih kita rezeki
kita yang amat besar itu langsung di awal hidup kita ?
KARENA Tuhan tau kita
belum pantas, belum layak, dan belum bisa memanfaatkannya. Maka dari itu Tuhan
sangat mengerti kebutuhan akan keuangan kita, pendidikan kita, atau bahkan
seberapa basah yang kita dapatkan dari air hujan agar otak kita terlalu panas
karena melek selama 24 jam.
Kapan kita butuh ilmu yang lebih
tinggi… ketika yang lama kurang mencukupi kapasitas otak kita.
Kapan kita butuh finansial lebih…
ketika kebutuhan kita sehari-hari meningkat pada besarannya maupun banyaknya.
Kapan kita butuh hujan… ya waktu
musim panas yang terik mungkin. Hehe
Tuhan Maha Tahu. Semuanya telah
diatur.
So, stay calm and keep do your best, bro….
 |
Photo ultah kemarin |
Blogpost ini aku buat juga
sebagai kado ulangtahun ke-20 untuk sahabat baik dan saudaraku Rizki Sapta Aji
Waskita
(7 Februari). Selamat tambah TUA! hahaha
Selamat tambah tua Rizki Sapta Aji Waskita.
BalasHapus